Dalam ilmu kedokteran, sinar x dapat
digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain tanpa
melakukun pembedahan langsung pada tubuh pasien. Biasanya, masyarakat awam
menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’. Selain bermanfaat, sinar
x mempunyai efek/dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita yaitu apabila di
gunakan secara berlebihan maka akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya,
misalnya kanker. Oleh sebab itu para dokter tidak menganjurkan terlalu sering
memakai ‘’FOTO RONTGEN’’ secara berlebihan.
Setelah Roentgen memperlihatkan hasil pemotretan
dengan sinar-X terhadap tangan istrinya yang memakai cincin, dimana pada gambar tersebut terlihat
dengan jelas ruas-ruas tulang jari tangannya, maka manusia mulai menyadari akan
manfaat besar yang dapat diperoleh dari penemuan radiasi pengion tadi. Pemanfaatan
radiasi pengion dalam bidang kedokteran, terutama sinar-X, berkembang pesat
beberapa saat setelah penemuan radiasi tersebut. Penguasaan pengetahuan
mengenai radiasi pengion oleh umat manusia yang terus meningkat dari waktu ke
waktu juga memungkinkan dimanfaatkannya radiasi tersebut dalam berbagai bidang
kegiatan di luar kedokteran, di samping pemanfaatan-nya di dalam bidang
kedokteran sendiri juga terus mengalami peningkatan.
Pengobatan
1.
Sinar-X
lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf.
Sinar-X bisa menembus tubuh manusia tetapi diserap oleh bagian yang lebih padat
seperti tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk memperlihatkan kecacatan
tulang, mengdeteksi tulang yang patah dan memperlihatkan keadaan organ-organ
dalam tubuh.
2.
Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan
sel-sel kanker. Cara ini dikenal sebagai radioterapi.
Perindustrian
Dalam
bidang perindustrian, sinar-X digunakan untuk :
1.
mengetahui
kecacatan dalam struktur binaan atau bagian-bagian dalam mesin dan engine.
2.
memperbaiki rekahan dalam pipa logam, dinding
konkrit dan tekanan tinggi.
3.
memeriksa retakan dalam struktur plastik dan
getah.
Penyelidikan
1. Sinar-X digunakan untuk menyelidik struktur
hablur dan jarak pemisahan antara atom-atom dalam suatu bahan hablur.
EFEK
PENGUNAAN Sinar-X
Walaupun
sinar-X sangat berguna kepada manusia, tetapi pennggunaan secara berlebihan
kepada sinar-X mungkin menyebabkan :
1.
pemusnahan
sel-sel dalam tubuh.
2.
perubahan
struktur genetik suatu sel.
3.
penyakit
kanser darah
4.
kesan-kesan
buruk seperti rambut rontok, kulit menjadi merah dan berbisul.
Efek
Radiasi Terhadap Manusia
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh
manusia karena terpapari sinar-X dan gamma : segera teramati beberapa saat setelah
penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Efek merugikan tersebut berupa
kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di Amerika Serikat
dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar-X, sedang
pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun
1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan oleh
sinar-X. Meskipun beberapa efek merugikan dari sinar-X dan gamma telah
teramati, namun upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X dan gamma
belum terfikirkan. Marie Curie, penemu bahan radioaktif Po dan Ra meninggal
pada tahun 1934 akibat terserang oleh leukemia. Penyakit tersebut besar
kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan
bahan-bahan radioaktif.
Jika
radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi:
berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi,
radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitas, radiasi akan
kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan
peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan
radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di
jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi
(getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi
yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan
dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan
pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis
kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan
terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal, misalnya radikal bebas hidroksil
(OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal
bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA
(deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel,
berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya
sendiri. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA
sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA
terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas
hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya
timbulnya kanker maupun kelainan genetik.
Pada
dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima
sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada
dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan
dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel
yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang
mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel
yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan
meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada
seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah
diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual
(sedikit demi sedikit). Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200
rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan
pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis
tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua
bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu
bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh
lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan
seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat
radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang
diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang
sama. Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh
mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang
ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai
contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang
diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat
perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan
sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera
dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy
tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50
Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan
perawatan medis. Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus
ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan
berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus
ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis
yang sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek radiasi yang
langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi
suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang.
Efek
deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah
terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan
kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis
radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika dosisnya
rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus),
kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh
tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja
sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut
baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun
kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung
terlihat ini disebut Efek Stokastik.
Efek stokastik
ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan
semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan
dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara
saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan
tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun,
efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun
atau lebih.
Salah satu
penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab sebenarnya
dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan oleh
radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat
karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu
sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab lain.
Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-tahun
setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan zat-zat
karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul
kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan
hanya disebabkan oleh radiasi.
sumber: